Itukata ustad Faizar jin memang bisa memindahkan benda bahkan paku atau jarum ke tubuh manusia.. Tapi waktu bang @marcelradhival1 ngobrol sama ust Faizar klo gak salah s*nt*t hanya ada 2, ancaman n racun.. Itu gmn bang? قُلِ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا "Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit". (H.R.Ahmad)Origin is unreachable Error code 523 2023-06-15 093447 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d79d1a2bfcd0e84 • Your IP • Performance & security by CloudflareJakarta- Dwi Estiningsih dilaporkan ke polisi karena menyebut 5 pahlawan nasional di mata uang rupiah baru sebagai kafir. Dwi mengatakan dia menyampaikan kebenaran sekalipun itu pahit. Pernyataan tersebut disampaikan Dwi lewat akun Facebook-nya, seperti dilihat detikcom, Sabtu (24/12/2016). Dwi merespons ramainya netizen yang membicarakan soal dirinya, terlebih pihak yang melaporkannya ke polisi
gaulislam edisi 477/tahun ke-10 12 Rabiul Awwal 1438 H/ 12 Desember 2016 Sori Bro en Sis, judul gaulislam edisi ke-477 ini lebih panjang dari biasanya. Hehehe ibarat naik commuter line, ini berarti yang rangkaiannya ada 10 gerbong, umumnya 8 gerbong. Tetapi yang penting adalah judul tersebut bisa dimengerti dan syukur-syukur bisa dipahami dengan mudah. Ya, buletin kesayangan kamu ini merasa perlu membahas tentang kebenaran dan mengatakannya walau hal itu terasa pahit. Ini penting. Supaya kamu dan kita semua tahu sebuah konsekuensi. Jika hal itu benar, ya katakan benar. Walau akibat dari mengatakan hal itu berujung pada kondisi yang membuat kamu menderita, pedih, perih, dilengkapi dengan pahit—bahkan mungkin selama hidup. Tak apa, itu artinya kamu, dan kita semua, belajar bahwa untuk sebuah keyakinan memang bukan hanya keberanian yang dibutuhkan, tetapi juga pengorbanan. Betul? Setuju? Iya, dan harus! Kebenaran dan kesalahan itu berlawanan, seringkali berada pada pilihan putih-hitam. Putih itu putih, hitam itu hitam. Tak akan bercampur keduanya kecuali yang menginginkannya. Maka, bila kita memilih kebenaran atas suatu hal, maka kita harus mempertahankannya. Katakan juga bahwa hal itu benar adanya. Demikian juga harus mengatakan bahwa yang salah itu salah. Walau konsekuensinya terasa pahit. Dari Abu Dzaar, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan tujuh hal padaku 1 mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, 2 beliau memerintahkan agar melihat pada orang di bawahku dalam hal harta dan janganlah lihat pada orang yang berada di atasku, 3 beliau memerintahkan padaku untuk menyambung tali silaturahim hubungan kerabat walau kerabat tersebut bersikap kasar, 4 beliau memerintahkan padaku agar tidak meminta-minta pada seorang pun, 5 beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit, 6 beliau memerintahkan padaku agar tidak takut terhadap celaan saat berdakwa di jalan Allah, 7 beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa billah” tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah, karena kalimat tersebut termasuk simpanan di bawah Arsy.” HR Ahmad Itu sebabnya, nggak usah takut atau minder untuk menyampaikan atau mengatakan kebenaran Islam ini. Walau dampak yang bakal kita terima membuat kita repot. Kalo sekadar celaan, diemin aja atau tanggapi seperlunya. Nggak usah takut. Kita hidup dalam kondisi zaman yang sebenarnya tidak berbeda jauh dengan di masa lalu dalam timbangan benar dan salah. Hanya fakta kondisi dan modusnya tak sama. Kalo di masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdakwah di Mekkah ada Abu Jahal dan Abu Lahab serta para pengikutnya yang memerangi beliau, maka di zaman ini pun banyak orang kafir dan orang munafik yang melawan Islam dan kaum muslimin. Iya, kan? So, nggak usah heran. Itu artinya, yang terpenting bagi kita adalah menjaga keimanan dan konsistensi dalam perjuangan. Ok? Jangan jadi “abu-abu” Hehehe.. jangan gagal fokus dengan subjudul ini, Bro en Sis. Kalo ngomongin “abu-abu” nanti kamu langsung kepikiran seragam SMA atau SMK putih-abu-abu. Bukan ini. Nggak usah ngomongin seragam ya. Kita ngomongin sikap. Sikap ini penting, terutama yang berkaitan dengan judul gaulislam kali ini, bila benar katakan benar dan bila salah ya katakan salah. Nggak boleh mengatakan, “abu-abu”. Kalo halal ya bilang halal, kalo haram ya katakan haram. Jangan bilang halam gabungan dari yang halal dan yang haram. Waduh, itu sih nggak punya sikap. Bahaya bingitz! Misalnya aja nih yang lagi rame di medsos soal keberpihakan. Ada yang memilih kebenaran, ada yang malah memilih kesalahan. Pada kasus Ahok si penista al-Quran kamu mestinya tahu juga soal ini ya, jangan cuma mahir maen game online, manusia terbagi jadi 4 golongan kalo menurut Ustaz Arifin Ilham, yang di-share di banyak grup WhatsApp. Versi singkatnya Pertama, orang yang beriman. Mukmin sejati, pecinta, pejuang dan pembela al-Quran dengan segara risikonya. Kedua, orang kafir. Ini sudah jelas ya, pendurhaka. Ketiga, orang munafik. Ini yang perlu diwaspadai. Sebab, ngakunya muslim, tapi pendukung orang kafir. Keempat orang yang abu-abu. Ini juga rese. Nggak jelas, pragmatis, diam, cuek, cari selamat, asyik dengan hobi dunianya, ketakutan or menjaga karirnya. Intinya banyak alasan untuk cari selamat. Hadeuh! Sobat gaulislam, itu sebabnya kamu harus menentukan posisi. Sebab, keberpihakan akan menentukan posisi kita ada di mana. Tentu saja, sebagai seorang muslim, keberpihakan kita hanya kepada Islam dan kaum muslimin, Bukan kepada selainnya. Sebab, iman dan kufur jelas. Kalo nggak beriman ya kufur. Di antara keduanya ada yang pura-pura beriman, padahal sejatinya condong kepada kekafiran, itulah orang munafik. Maka sebetulnya, orang yang “abu-abu” ini dihukumi tidak jelas ke mana dia berpihak. Walau demikian, jika mereka yang “abu-abu” ini diam terhadap kemungkaran, diam terhadap kemaksiatan, diam terhadap kesalahan, selain bisa terkategori selemah-lemahnya iman, bisa juga ibarat setan yang bisu. Lho, kok bisa? Iya. Abu Ali ad-Daqqâq rahimahullah wafat 412 H berkata الْمُتَكَلِّمُ بِالْبَاطِلِ شَيْطَانٌ نَاطِقٌ وَالسَّاكِتُ عَنِ الْحَقِّ شَيْطَانٌ أَخْرَسُ “Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara, sedangkan orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu.” Bener Bro en Sis. Orang yang berbicara dengan kebatilan ialah setan yang berbicara, ia bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Sedangkan orang yang diam dari kebenaran ialah setan yang bisu, ia juga bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Seperti seseorang yang bertemu dengan orang fasik, terang-terangan melakukan kemaksiatan di hadapannya, dia berkata lembut, tanpa mengingkarinya, walau di dalam hati. Atau melihat kemungkaran, dan dia mampu mengubahnya, namun dia membisu karena menjaga kehormatan pelakunya, atau orang lain, atau karena tak peduli terhadap agama. Jangan sampe deh kita punya sikap seperti ini. Gunakan lisan dan cara pandang kita untuk kebenaran, bukan kebatilan. Katakan kebenaran walau hal itu pahit. Beneran! Berani ambil risiko Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia saya punya versi software-nya, mendefinisikan risiko sebagai akibat yang kurang menyenangkan merugikan, membahayakan dari suatu perbuatan atau tindakan. Jadi, udah tahu kan sekarang? Sering-seringlah buka kamus ya. Jangan sampe tahu istilahnya tapi nggak ngerti maknanya. Baik, kita lanjut. Risiko dalam menyampaikan kebenaran bisa saja berujung celaan atau makian, bahkan bisa saja nyawa yang melayang. Sungguh, lho. Bukan nakut-nakutin. Maka, hanya mereka yang berpredikat mukmin sejati sajalah yang siap dan berani menanggung risiko apapun atas apa yang disampaikannya dalam dakwah. Syaikh Sayyid Qutbh rahimahullah berkata, “Satu janji itu adalah surga. Inilah yang dijanjikan untuk mereka yang telah berjihad, yang didera duka dan kegetiran, yang berjuang mati-matian di jalan dakwah.” Luar biasa! Sobat gaulislam, itu sebabnya kamu dan kita semua jangan lembek. Sebaliknya harus tetap teguh menyuarakan kebenaran dan menyebarkan dakwah. Ustaz Rahmat Abdullah rahimahullah mengatakan, “Teguh adalah nafas pejuang kebenaran sepanjang zaman. Mereka tidak hanyut di air, tak hangus di api dan tak melayang di udara, tak goyah oleh tumpukan harta, kemilau tahta dan rayuan dunia. Kiprah mereka hanya satu tetap teguh dalam bergerak dan terus bergerak dalam keteguhan.” Tuh, keren bingitz! So, ambillah risiko sebagai orang yang berdiri di barisan terdepan yang berjuang dan membela Islam. Menjadi bagian yang tak pernah menyerah dalam dakwah. Ada nasihat dari Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani untuk para pengemban dakwah yang perlu kita ingat baik-baik, “Ketahuilah dan pahamilah, bahwa pengemban dakwah tidak akan mampu memikul tanggung jawab dan kewajiban-kewajibannya tanpa menanamkan pada dirinya cita-cita untuk mengarah kepada jalan kesempurnaan, selalu mengkaji dan mencari kebenaran.” Mengambil posisi untuk membela Islam pasti akan berhadap dengan orang yang terang-terangan melawan Islam, juga harus siap melawan musuh dalam selimut, yakni dari kalangan munafik. Benar katakan benar, walau hal itu kemudian membuat kehidupan kita terasa pahit. Pilihan hidup memang demikian, apalagi kita menggenggam keimanan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Sobat gaulislam, sebagai pemuda muslim, kokohkan akidah kita, tentukan sikap keberpihakan kita pada Islam. Sebab, hari-hari ke depan akan lebih banyak ujian dalam kehidupan kita. Si penista al-Quran tak juga dihukum–faktanya banyak orang, terutama pejabat berwenang–malah bungkam walau sudah jelas kesalahannya dan dijadikan tersangka, tuduhan makar, tuduhan pemecahbelah bangsa, terorisme yang selalu ditujukan pada Islam dan kaum muslimin meski hal itu tak banyak bukti, dan banyak hal lain yang membuat kita harus waspada dan bersabar atas ujian ini dan senantiasa berharap pertolongan Allah Ta’ala untuk menghadapi hari-hari ke depan agar kita tetap istiqomah di jalan dakwah dan tetap bersama Islam hingga akhir hayat. Cukuplah firman Allah Ta’ala ini sebagai penyemangat dan mengokohkan keimaman kita, Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” QS Fushshilat [41] 30 Yuk ah, mulai sadar diri, senantiasa kita kokohkan keimanan, perbaiki niat, tetap bersabar dan teruslah berjuang untuk tetap mengatakan kebenaran walau hal itu terasa pahit-getir. [O. Solihin Twitter osolihin] Continue Reading
SyeikhMuhd Zainul Asri | Katakan Yang Benar Walau Benda Itu Pahit! Syeikh Muhd Zainul Asri | Katakan Yang Benar Walau Benda Itu Pahit! Langkau ke. Bahagian di halaman ini. Bantuan Kebolehcapaian. Tekan alt + / untuk membuka menu ini. Facebook. E-mel atau Telefon: Kata Laluan: Lupa akaun? Daftar.
NABIS.A.W mengingatkan: قل الحق ولو كان مرا "Katakan yang benar, sekalipun pahit." Ada beberapa perkataan di sini. Yang pertama قل: "Katakan". Manusia ada lidah. Dengannya, ia berkata yang baik, yang buruk, dan lain-lain. Nabi sebut kepada Muaz bin Jabal: وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ عَلَى وُجُوهِهِمْ -أَوْ قَالَ عَلَى
Katakanlah yang benar meskipun itu pahit (berat untuk dikatakan)." Video Serial Kutipan Hadits: Meskipun Pahit, Katakanlah . View this post on Instagram . A post shared by Yufid.TV [Official] (@yufid.tv) Share this: Click to share on Twitter (Opens in new window) Click to share on Facebook (Opens in new window) Related. meskipun pahit
ilustrasidari ada keburukan atau kesesatan. Ubahlah dengan tanganmu atau kekuasaan yang kau miliki. Ubahlah dengan mulutmu, atau kemampuanmu untuk berbicara, menjelaskan dan memberikan pemahaman. Katakanlah walaupun itu pahit! Jika yang ingin kamu katakan adalah: 1. Sebuah Kebenaran ilustrasi dari pinterest.com Katakankanlah sebuah kebenaran sekecil apapun itu. Jika kebenaran kFORUMWARTAWAN JAKARTA INDONESIA Katakan Kebenaran Miskipun Itu Pahit Selayang Pandang: Kesalahan komunikasi yang tidak terarah akan membawa kita terjebak pada permainan elite politik Kendati demikian, sekelumit persoalan profesi jurnalis sudah menjadi trend disposisi ultimate dalam kancah pergulatan informasi yang menggulirkan keyakinan filosofi bahwa wartawan adalah sumber pemersatu. Namun
Karenaitu TUHAN katakan: 15:23. Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara. 15:24. Sekalipun pelayanannya hebat di hadapan manusia, tetapi 'enyahlah engkau.' Sebaliknya, sekalipun orang mengatakan kita tidak hebat, tetapi kalau
Maknanyaadalah 'Katakan kebenaran, sekalipun kebenaran itu pahit' Yang versi panjangnya hadits yang diriwayatkan Ahmad itu sebagai berikut: beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit, (6) beliau memerintahkan padaku agar tidak takut terhadap celaan saat berdakwa di jalan Allah, (7) beliau memerintahkan agar
wBGEF.